Seminggu kemudian, Hana masih
ditindas. Mulai dari sepatunya dimasukkan ke tong sampah, buku catatannya di
corat-coret, menumpahkan makan siangnya, dan menyirami badannya dengan teh
manis panas saat makan siang. Semua itu membuat Miya marah.
Saat hari minggu, Miya datang ke
rumah Hana.
“selamat
datang…” kata Ibu Hana
“Aku
ingin membeli muffin cokelat dan lovely animal truffle!”pinta Miya
“oh,
sebentar ya… ini pesanannya!” kata Ibu Hana sambil memberikan pesanan Miya.
“anu…
apakah Kak Hana ada disini?” Tanya Miya
“ada.
Hanaaa!!! Ada temanmu tuh!”
“siapa?
Miya?!” Tanya Hana
“kau
adik kelasnya ya?” Tanya Ibu Hana.
“iya,
namaku Miya. Aku ingin bermain dengan Kak Hana”
“oh,
silahkan main sepuasnya disini!”
“Miya,
ke kamarku yuk!” ajak Hana.
Di kamar Hana…
“Kak
Hana masih ditindas dan Aku mempunyai ide agar Kak Hana tidak ditindas lagi!”
“apa
itu?”
Miya
membisikkan rencananya ke telinga Hana.
“wah!
Boleh tuh!”
Saat istirahat sekolah, Hana
menghampiri Zorla, Diandra, dan Winda.
“hei,
kalian ini bagaikan perkumpulan alien wanita ya?” ejek Hana
“berani-beraninya
kau menyebut kami dengan kata alien!” bentak Zorla
Saat
Zorla hendak memukul Hana, Hana segera pergi keluar kelas sambil berkata.
“ayo
tangkap Aku alien lamban!” ejek Hana.
GRRRRRRR!!!!
Emosi
Zorla, Diandra, dan Winda meledak, mereka berlari menyusul Hana.
“awas
kau!” kata Diandra.
Mereka berlari mengejar Hana hampir
keliling ke semua sekolah, hingga akhirnya, Hana sampai di sebuah jalan buntu.
“itu
jalan buntu, kau sudah tertangkap!” kata Winda.
“Aku
mengerti, karena Aku tertangkap, Aku minta maaf karena Aku sudah menyebut
kalian dengan kata alien, kalian boleh melakukan apa saja kepadaku. Silahkan”
kata Hana.
“fufufu!”
tawa Zorla sambil mencabut batang pohon yang sepertinya keras. Gawat!
Sepertinya dia akan memukul Hana!.
Saat
Zorla berjalan 3 langkah bersama Winda dan Diandra, lalu, muncul ember berisi
lumpur mengenai mereka.
BYUUUR!
“GYAAAA!!!
Aku kotor! Ini jebakan! Awas kau!” teriak mereka.
Saat
mereka hendak memukul Hana, lalu, mereka jatuh ke sebuah lubang yang digali
oleh Hana dan Miya.
“aw!
Bokongku…” kata Zorla.
“bagaimana
rasanya?” Tanya Miya yang muncul sambil berjongkok
“kau!
Kau bocah yang waktu itu!” bentak Zorla
“wah,
kalian kotor sekali! Seperti zombie atau alien! Seperti yang Aku bilang!” kata
Hana
“awas
kau!” kata Winda.
“maaf
ya Kakak-kakak, tapi, harusnya Kakak bersyukur karena Kakak mengalami
penderitaan seperti ini, maksudku, seperti penderitaan Kak Hana! Rasain lho!
Apa yang dirasakan Kak Hana! Puas kan? Hohoho!” tawa Miya.
“maaf
ya, tapi, ini semua agar kita jadi impas” kata Hana
“cukup
sampai disitu!” kata seseorang
“ke…
kepala sekolah?!” Tanya Hana dan Miya
“kepala
sekolah datang?! Syukurlah… mereka mengerjai kami kepala sekolah! Sebaiknya
mereka dihukum!” pinta Diandra
“untuk
Zorla, Diandra, dan Winda, ada laporan mengenai penindasan kelas. Yang melapor
adalah anak ini, Miya. Kalian ikut ke ruang kepala sekolah!” perintah kepala
sekolah
“tapi
mereka menjahili kami!” kata Winda
“setiap
ruangan sekolah dipasang CCTV, jadi, kami bisa melihat kalian menindas
Hana.Hana dan Miya tidak mendapat hukuman karena mereka telah mengajarkan
kalian untuk mengalami penderitaan oorang yang kalian tindas”
“tapi…
bagaimana cara kalian melakukannya?!” Tanya Zorla.
“saat
hari minggu kemarin, kami diam-diam ke sekolah untuk menggali lubang dan
membuat jebakan untuk kalian. Kami juga sudah mendapat izin dari guru untuk
menggali lubang dan membuat jebakan. Saat kami menjawab alasannya, Guru setuju,
katanya agar kalian bisa merasakan apa yang Aku rasakan. Ide ini berkat Miya!
Terima kasih ya!” kata Hana
Setelah itu, Hana sudah tidak
ditindas lagi, Zorla, Diandra, dan Winda meminta maaf karena sudah menindas
Hana, dan mereka berteman dengan damai.
Jika
kalian menindas orang,
Rasakanlah apa yang
diderita orang yang kalian tindas-TAMAT-