Sunday, June 30, 2019

Bullying (2)




            Seminggu kemudian, Hana masih ditindas. Mulai dari sepatunya dimasukkan ke tong sampah, buku catatannya di corat-coret, menumpahkan makan siangnya, dan menyirami badannya dengan teh manis panas saat makan siang. Semua itu membuat Miya marah.

            Saat hari minggu, Miya datang ke rumah Hana.

“selamat datang…” kata Ibu Hana

“Aku ingin membeli muffin cokelat dan lovely animal truffle!”pinta Miya

“oh, sebentar ya… ini pesanannya!” kata Ibu Hana sambil memberikan pesanan Miya.

“anu… apakah Kak Hana ada disini?” Tanya Miya

“ada. Hanaaa!!! Ada temanmu tuh!”

“siapa? Miya?!” Tanya Hana

“kau adik kelasnya ya?” Tanya Ibu Hana.

“iya, namaku Miya. Aku ingin bermain dengan Kak Hana”

“oh, silahkan main sepuasnya disini!”

“Miya, ke kamarku yuk!” ajak Hana.

            Di kamar Hana…
“Kak Hana masih ditindas dan Aku mempunyai ide agar Kak Hana tidak ditindas lagi!”

“apa itu?”
Miya membisikkan rencananya ke telinga Hana.

“wah! Boleh tuh!”

            Saat istirahat sekolah, Hana menghampiri Zorla, Diandra, dan Winda.
“hei, kalian ini bagaikan perkumpulan alien wanita ya?” ejek Hana

“berani-beraninya kau menyebut kami dengan kata alien!” bentak Zorla

Saat Zorla hendak memukul Hana, Hana segera pergi keluar kelas sambil berkata.
“ayo tangkap Aku alien lamban!” ejek Hana.

GRRRRRRR!!!!
Emosi Zorla, Diandra, dan Winda meledak, mereka berlari menyusul Hana.
“awas kau!” kata Diandra.

            Mereka berlari mengejar Hana hampir keliling ke semua sekolah, hingga akhirnya, Hana sampai di sebuah jalan buntu.

“itu jalan buntu, kau sudah tertangkap!” kata Winda.

“Aku mengerti, karena Aku tertangkap, Aku minta maaf karena Aku sudah menyebut kalian dengan kata alien, kalian boleh melakukan apa saja kepadaku. Silahkan” kata Hana.

“fufufu!” tawa Zorla sambil mencabut batang pohon yang sepertinya keras. Gawat! Sepertinya dia akan memukul Hana!.
Saat Zorla berjalan 3 langkah bersama Winda dan Diandra, lalu, muncul ember berisi lumpur mengenai mereka.

BYUUUR!

“GYAAAA!!! Aku kotor! Ini jebakan! Awas kau!” teriak mereka.
Saat mereka hendak memukul Hana, lalu, mereka jatuh ke sebuah lubang yang digali oleh Hana dan Miya.

“aw! Bokongku…” kata Zorla.

“bagaimana rasanya?” Tanya Miya yang muncul sambil berjongkok

“kau! Kau bocah yang waktu itu!” bentak Zorla

“wah, kalian kotor sekali! Seperti zombie atau alien! Seperti yang Aku bilang!” kata Hana

“awas kau!” kata Winda.

“maaf ya Kakak-kakak, tapi, harusnya Kakak bersyukur karena Kakak mengalami penderitaan seperti ini, maksudku, seperti penderitaan Kak Hana! Rasain lho! Apa yang dirasakan Kak Hana! Puas kan? Hohoho!” tawa Miya.

“maaf ya, tapi, ini semua agar kita jadi impas” kata Hana

“cukup sampai disitu!” kata seseorang

“ke… kepala sekolah?!” Tanya Hana dan Miya

“kepala sekolah datang?! Syukurlah… mereka mengerjai kami kepala sekolah! Sebaiknya mereka dihukum!” pinta Diandra

“untuk Zorla, Diandra, dan Winda, ada laporan mengenai penindasan kelas. Yang melapor adalah anak ini, Miya. Kalian ikut ke ruang kepala sekolah!” perintah kepala sekolah

“tapi mereka menjahili kami!” kata Winda

“setiap ruangan sekolah dipasang CCTV, jadi, kami bisa melihat kalian menindas Hana.Hana dan Miya tidak mendapat hukuman karena mereka telah mengajarkan kalian untuk mengalami penderitaan oorang yang kalian tindas”

“tapi… bagaimana cara kalian melakukannya?!” Tanya Zorla.

“saat hari minggu kemarin, kami diam-diam ke sekolah untuk menggali lubang dan membuat jebakan untuk kalian. Kami juga sudah mendapat izin dari guru untuk menggali lubang dan membuat jebakan. Saat kami menjawab alasannya, Guru setuju, katanya agar kalian bisa merasakan apa yang Aku rasakan. Ide ini berkat Miya! Terima kasih ya!” kata Hana

            Setelah itu, Hana sudah tidak ditindas lagi, Zorla, Diandra, dan Winda meminta maaf karena sudah menindas Hana, dan mereka berteman dengan damai.
Jika kalian menindas orang,
Rasakanlah apa yang diderita orang yang kalian tindas


-TAMAT-

No comments:

Post a Comment